Senin, 20 Maret 2017

Masa Lalu Menghancurkannya

Judul Cerpen Masa Lalu Menghancurkannya
Cerpen Karangan: 
Kategori: Cerpen Cinta SedihCerpen Cinta Segitiga
Lolos moderasi pada: 29 January 2016

MASALALU MENGHANCURKANNYA

Banyak yang beranggapan bahwa masa putih abu – abu adalah masa yang paling indah. Ada juga yang beranggapan bahwa masa putih – putih abu adalah hal yang biasa – biasa saja dalam hidupnya. Namun sebenarnya, Masa putih abu – abu adalah masa dimana setiap insan manusia memasuki tahapan puncak suatu indahnya kehidupan dimasa remajanya. Dimana disana terdapat kenangan – kenangan indah yang mereka ukir dalam setiap detiknya. Terutama sebuah kenangan CINTA yang amat indah. Hembusan yang dibarengi terpaan angin kasih sayang yang dirasakan bagi kedua insan yang melakukannya.
Indahnya CINTA pada masa ini adalah hal yang paling tak terlupakan selama hidup kita. Namun CINTA akan sirna jika masa lalu dari kedua insan atau salah satunya datang untuk mengahancurkan. Seperti itu lah yang dirasakan oleh Tama. Seorang siswa cowok yang saat itu bersekolah di kabupaten paling ujung timur Pulau Jawa.  Tama adalah cowok yang biasa – biasa saja, dia tidak pintar juga tidak bodoh. Namun dia memiliki paras yang diatas rata – rata dibandingkan dengan teman satu sekolahnya. Tama juga merupakan kapten tim basket ditempat ia menuntut ilmu ini. Hal inilah yang membuat Zetti, nama dari seorang siswi cewek yang paling berkesan di hati Tama tertarik untuk memilih Tama sebagai pacarnya.
Tringg ... triing ... triiinggg ... suara dering handphone yang seketika membuat Tama terbangun dari tidurnya dan melihat handphone yang membangunkan tidurnya itu. Ternyata suara handphone itu adalah telfon dari zetti.
“Hallo ..” Suara Tama saat mengangkat telfon dari Zetti
“Cepetan bangun yang. Udah siang ini lhooo”. jawab Zetti
“Iya – iya ini udah bangun kok aku. Kamu itu cepetan mandi yang”. Jawab Tama yang  masih susah membuka matanya.
“yeeee, aku udah mandi ini yang. Oh iya, ntr kamu jemput aku ya” jawab zetti pada Tama.
“lhoo, gak bilang dari tadi malem kamu ini. Yaudah aku mandi dulu yaaa” jawab Tama sambil begegas bangun menuju kamar mandi
“haha biar kamu kaget kok. Yaudah ceptan mandi.” Jawab Zetti dengan sedikit ketawa lalu mematikan telfonnya.
Waktu itu telah menunjukkan pukul 06.45 yang artinya 15 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Namun Tama tidak merasa gugup malah ia bersantai – santai karena pada hari itu hanya ada kegiatan bersih - bersih dan merupakan hari terahir ia sekolah sebelum liburan semester ganjil. Tama pun bersiap untuk menjemput Zetti dirumahnya. Selang beberapa menit kemudian Tam sudah sampai didepan rumah Zetti dan ternyata Zetti telah menunggu Tama didepan rumah dengan wajah yang sedikit cemberut.
“kamu ini kemana aja kok lama?” tanya Zetti pada Tama dengan wajah cemberut
“maaf sayang, aku tadi kan baru bangun jadi ya agak lama. Lagipula disekolah juga santai – santai jadi ya gak apa – apa kalo kita telat,” jawab Tama dengan menenangkan amarah pacarnya itu
“iya sudah, ayo berangkat kalo gtu,” dengan wajah yang masih cemberut Zetti naik disepeda yang disetir oleh Tama
“heheh iya non. Sudah siapkah?” jawab Tama yang sedikit bertanya sambi ketawa pada Zetti
“iya sudah siap bawel,” Jawab Zetti pada Tama “ayo berangkat!”
Selang beberapa menit kedua pasangan itu pun sudah sampai ditempat mereka menuntuu ilmu. Seperti halnya film – film yang ada di TV, saat mereka akan masuk kesekolah, merekapun menjadi perhatian banyak orang disekolahnya. Karena mereka selalu berjalan beriringan layaknya putri keraton dan pangerannya. Disetiap ada Tama pasti disitu ada Zetti. Hampir setiap waktu disekolah mereka habiskan bersama. Namun waktu bersama teman pun ada tersendiri buwat mereka. Jadi mereka terkadang juga bersama teman – teman disekolahnya tapi waktu itu tidak selama waktu saat mereka berdua bersama.
Acara bersih – bersih pun disekolah itu telah usai. Dan kelas pun sangat ramai karena antar siswa dikelas itu bercakap – cakap mengenai kemana mereka akan liburan. Dan diantara mereka seperti ingin bergurau terahir bersama temannya sebelum liburan datang. Setelah beberapa saat satu persatu dari siswa dikelas itu pun meninggalkan kelas. Begitu pula dengan Tama yang meninggalkan kelas dan kemudian menjempu Zetti dikelasnya.
“Zettinya ada?” tanya Tama pada salah satu teman sekelas Zetti
“itu dibelakang Tam” jawabnya, “Zettiiiii.... dipanggil Tama,” teriaknya memangil Zetti.
Kemudian Zetti pun mengambil tas dan menghampiri Tama,
“sudah selesai kamu?” tanya Tama
“sudah kok, ayoo pulang”, Jawab Zetti sambil memegang tangan Tama mengajak pulang,
“siaap neng”, Jawab Tama dengan nada ceria.
Mereka pun berjalan menuju parkiran sepeda sambil bercanda dan beranjak pulang kerumah. Hari ini merupakan hari terahir pasangan ini disekolah sebelum mereka menikmati liburan semester ganjil yang segera akan datang.
Liburan sekolah pun telah datang, dan pada waktu – waktu itu adalah waktu dimana kita dapat bertemu dengan kawan – kawan lama kita setelah lama tak jumpa. Begitu pula dengan Zetti, waktu liburan ini dimanfaatkannya untuk bertemu dan main bersama dengan teman lamanya semasa SMP.
Hari itu sudah memasuki pertengahan liburan sekolah. Dimana hari itu Zetti akan bermain bersma teman lamanya semasa SMP. Sebelum ia berangkat bermain, Zetti tak lupa meminta izin terlebih dahulu kepada Tama. Karena pasangan ini memiliki janji jika mau pergi kemanapun dan dengan siapapun, mereka harus bilang satu sam lain. Saat Zetti pergi dengan teman lamanya semasa SMP Tama berencana pada hari itu juga akan pergi dengan saudaranya kepantai.
“sayang, aku mau pergi sama temen SMP ya,” Tanya zetti kepada Tama,
“mau kemana yang?” jawab Tama sambil balik bertanya pada Zetti,
“belum tau yang, kata temenku kumpul dulu baru kita maen”, jawab Zetti,
“iya sudah kalau begitu”, jawab Tama. “ hati – hati, dan jangan macem – macem”, kata Tama pada Zetti,
“iya sayaaang, gak bakalan macem – macem kok aku”, jawab Zetti dengan meyakinkan Tama. “Yasudah aku berangkat ya”
“iya sayang, Hati – hati,”. Ujar Tama pada keksaihnya itu.
Pukul 12 tepatnya siang itu, Tama dan kedua saudaranya akan bergegas bermain disalah satu pantai yang terkenal dikotanya. Disana Tama sejenak merefresh otak dengan bercanda ria dengan saudara dan mandi dipantai. Sementara Zetti pun yang juga sedang bermain dengan temannya semasa SMP memilih untuk pergi ke Taman Nasional yang trletak tidak jauh dari rumahnya.
Tak disangka saat Zetti menuju ke rumah temannya ia meihat mantan pacar juag berada disana. Diapun sedikit terkejut akan keberadaan mantan pacar yang sedang duduk dan mengobrol dengan temannya itu. Saat itu pun Zetti langsung bertanya kepada Intan salah satu teman yang ada diluar rumah,
“lho kok ada dia sih disini?” tanya Zetti dengan nada yang jengkel
“lho emang kanapa Ze? Dia kan juga teman kita”, jawab inta dengan nada santai
“aku gak mau, anter aku pulang aja deh sekarang”, ujar Zetti dengan menarik tangan intan untuk meminta agar mengantarkannya pulang
“kamu kok gitu sih Ze, kita kan udah lama kumpul, jadi apa salahnya? Lagipula Tama uga gak bakalan tau kok”, jawab Intan dengan meyakinkan Zetti
Ketika intan dan Zetti sedang mengobrol dialuar rumah, tiba – tiba Dio mantan Zetti itu keluar rumah dan menyapa Zetti,
“hay Zet, ayo masuk”, sapa Dio pada Zetti,
“ohh iya,” jawab singkat Zetti pada Dio dengan nada yang datar
Kemudian Intan pun memaksa Zetti untuk tetap masuk kerumah yang disana terdapat mantan pacaranya itu. Dengan sedikit terpaksa Zetti pun terbujuk oleh rayuan Intan itu.
Saat sedang berada dirumah terjadi obrolan – obrolan antara kawan lawa yang sudah beberapa tahun tak pernah kumpul bersama itu. Dengan berjalannya waktu Zetti pun luluh karena terlalu asyik masuk dalam kenangan masa lalunya. Diapun lupa dengan Tama dan dengan janji manisanya itu.
Selang beberapa menit mereka pun beragkat ke tempat dimana mereka akan tuju. Dan tak disangka, ternyata Zetti berboncengan dengan mantan pacarnya itu. Dia tidak memikirkan betapa sakit hati Tama jika dia mengetahui akan hal ini. Saat sedang berada dijalan Zetti dan Dio pun mengobrol dengan asyik, bercanda, dan tak sengaja saat jalan sedang tidak bagus Zetti berpegangan pada pinngul Dio.
Disitulah kenangan masa lalu Zetti kembali terukir. Kenangan yang lama telah ia lupakan namun kembali muncul. Tak sungkan – sungkan saat berjalan menikmati tempat wisata yang mereka kunjungi, Zetti dan Dio berada dibelakang teman – temannya dan berpegangan tangan. Layaknya seseorang yang sedang memadu kasih, begitu mesranya mereka berdua disore nan indah itu. Hinnga terdengar suara seseorang teman Zetti yang membuat wajahnya memerah,
“uhuyyy, bakalan ada yang CLBK nih”, kata Intan pada Zetti
“ahh ngaco kamu, udahlah ayo pulang udah sore nih”, jawab Zetti pada Intan,
Senja telah datang, sang sinar surya pun perlahan bersembunyi diujung barat planet yang disinggahi makhluk ciptaan Tuhan ini. Begitu juga dengan Zetti dan teman - teman seperjuangan semasa SMPnya pun beranjak pulang kerumah masing – masing. Selama di perjalanan Zetti dan dio asyik dengan obrolan mereka. Betapa sakitnya Tama jika mengetahui akan hal ini. Orang yang dia percaya akan janji yang telah diucapkan, ternyata mengingkari dengan mudah dan tidak memikirkan perasaanya.
Sementara itu Tama pun telah sampai dirumah. Dia membawa serangkaian bunga yang telah ia rangkai sendiri dengan kedua tangannya. Bunga itu ia dari rerumputan yang ada diseitar pantai yang ia kunjungi tadi sore. Namun saat ia akan menghubungi Zetti, baik sms, telfon, ataupun BBM tak ada satu pun yang terbalas. Tama pun bimbang, bingung, dan gelisah memikirkan kekasihnya itu. Ia takut akan hal buruk yang terjadi pada Zetti. Sampai akhirnya Tama meutuskan untuk menghampiri Zetti kerumahnya malam itu.
Di perjalanan ia bertemu dengan Intan teman Zetti dan juga merupakan teman satu SMA dengan Tama. Kemudian ia memanggil Intan dan bertanya mengenai Zetti.
“lho Intan, kamu tadi sama Zetti kan? Zetti dimana, kok aku hubungi gak dibales – bales sam dia?” tanya Tama dengan wajah yang sangat bingung
“emm .. emmm.. dia tadi udah aku anterin pulang kok Tam, terus ini aku keluar lagi,” jawab Intan dengan ekspresi wajah yang kebingungan,
“serius kamu? Berarti sekarang dia udah ada dirumah?” kembali Tama bertanya pada Intan,
“iya sepertinya sih begitu”, jawab Intan yang  sekaligus membuat Tama semakin curiga dengan Zetti,
“yasudah terimakasih ya Intan,” Jawab Tama sambil meniggalkan Intan dan menuju kerumah Zetti,
Saat diperjalanan, Tama pun berfikir negatif dengan Zetti. Ia takut hal yang selama ini ia khawatirkan benar – benar akan terjadi. Dia pun terus menancap gas motornya. Dengan keadaan tangan kirinya membawa rangkaian bunga yang akan ia berikan kepada Zetti.
Sesampainya dirumah Zetti, Tama mengetok pintu rumah itu. Namun tak ada seseorang pun yang membukakan pintu. Tama pun memutuskan untuk menunggu Zetti pulang dan ia duduk didepan rumah Zetti dengan perasaan yang sangat gelisah.
1 jam terlewati. namun kekasih yang ia tunngu tak kunjung datang. Sampai Tama berfikiran akan pulang karena Zetti tak nampak didepannya. Selang beberapa saat, Tama memutuskan untuk pulang dan menaruh serangkaian bunga yang ia bawa untuk Zetti didepan pintu rumahnya. Namun ketika Tama akan beranjak menuju motornya, terdengar suara motor dan merdunya tawa yang tak asing ditelinganya. Tak disangka, hati Tama benar – benar hancur dimalam itu. Seorang gadis yang ia dambakan, yang ia sayangi, bahkan ia percaya bahwa suatu saat nanti akan menjadi ibu dari anak – anaknya malam itu berboncengan mesra dengan pria lain yang ia ketahui adalah mantan pacar Zetti. Melihat pemandangan itu, mata Tama pun mulai memanas, dan hatinya seperti terjatuh dari langit yang paling tinggi. namun masih sanggup menahan amarahnya dikala itu. Ia pun segera meghidupkan mesin sepedanya dan beranjak pulang. Saat Tama akan menghidupkan mesin sepeda, Zetti turun dari sepeda mantan pacarnya dan berdiri didepan Tama yang sekaligus membuat Tama mengurungkan niatnya untuk pulang.
“Aku bisa jelasin semua sayang”, Kata Zetti dengan nada yang sangat memohon kepada Tama
“aku sudah tahu semua kok Ze, jadi kamu gak usah repot – repot untuk ngejelasin semuanya”, jawab tama dengan santai
“aku gak bermaksut nyakitin kamu Tama. Aku sayang sama kamu,” kata Zetti dengan menangis
“sudahlah. Jika kamu memilih untuk ini, jalani akan hal yang kamu pilih. Aku percaya mungkin dia akan membuat kamu lebih bahagia. Dan maaf jika selama ini aku kurang membuatmu bahagia”, kata Tama dengan air mata yang mengalir dimatanya, “Dio, jaga Zetti baik – baik ya”. Kata terahir Tama dan kemudian ia menghidupkan sepeda dan beranjank pulang,
Zetti pun berteriak sambil menangis memanggil Tama, dan Dio mencoba menenangkan Zetti namun Zetti malah marah dan mnyurh Dio pulang
“Tamaaaaaaaaaaaa”, Teriak Zetti memanggil Tama,
“sudah Ze, gak usah nangis. Dia pasti bakalan kembali kok,” kata dio menenangkan Zetti,
“sudahlah kamu gak usah ikut – ikut. Gara – gara kamu semua jadi hancur. Pulang kamu, cepet pulaaaang!” ujar Zetti pada Dio yang membuatnya pulang meninggalkan Zetti,
Sambil menangis Zetti masuk kerumah. Saat sedang berjalan menuju pintu rumah Zetti terkejut melihat serangkaian bunga yang berada didepan pintunya. Kemudian ia mengambil bunga itu dan menciumnya. Seketika air mata mengalir deras dari mata cantiknya itu. Ia pun sangat menyesal akan kejadian yang ia lakukan hari itu. Ia pun mencoba menghubungi Tama namun tak ada satupun yang terbalas.
Sementar itu Tama dengan perasaan hancur telah sampai dirumahnya. Dalam hati ia berkata, “Ya Tuhan kenapa aku harus merasakan sakit yang begitu dalam? Kenapaaa”. Sambil terdiam ia mengingat kenangan – kenagan indah semasa ia dengan Zetti sebelum hal yang membuat hatinya hancur terjadi. Dan pada malam itupun ia memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan Zetti, ia akan pun berjanji untuk melupakan seorang wanita yang telah menghianatinya. Ia pun meyakinkan dirinya bahwa dia pasti akan berhasil dan menghapus semua kenagan yang ada.

Cerpen Karangan: Cahya Prana W. U
Facebook: Cahya Prana
Cerita Masa Lalu Menghancurkannya merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

Kamis, 09 Maret 2017

Cerpen Tenggelam dan Terbang

Karya Cahya Prana

(http://cpwutama.blogspot.co.id/2016/08/cerpen-tenggelam-dan-terbang.html)

TENGGELAM DAN TERBANG

Angin malam membawa suhun dingin hingga menusuk tulang. Deringan suara kriik .. kriik .. kriik, dan seruan burung yang terbangun dikala gelap semakin menambah sepi sebuah kampung yang berada di atas pegunungan ini. Tak ada satu orang pun yang terlihat berada diluar rumah malam itu. Hingga terdengar suara rintihan seseorang yang bersumber dari sebuah rumah kecil dipojok kampung.
“aduuh yah, perutku sakit.”kata seorang anak yang merintih kesakitan,
Ternyata suara itu adalah suara Bagus, seorang remaja yang duduk di bangku SMA kelas XII yang sedang merintih kesakitan karena rasa perih didalam perutnya.
“yang sabar ya nak. Semoga besok dagangan kita terjual semua dan kita bisa makan. Sekarang kamu cepetan tidur supaya besok tidak terlambat berangkat ke sekolah.” Jawab  pak sulaiman ayah dari Bagus,
Bagus adalah anak dari Bapak Sulaiman. Dirumah mungilnya ini Bagus tinggal bersama Ayah, Ibu dan seorang adiknya. pak sulaiman bekerja sebagai penjual cilok keliling. Sementara Ibu bagus hanya sekedar ibu rumah tangga yang terkadang menerima jasa pencuci baju tetangga yang berada didekat rumahnya. Namun dengan keadaan yang sederhana ini pak sulaiman dan istrinya tetap semangat bekerja agar kedua anaknya terutama Bagus tetap dapat bersekolah. Kobaran semangat yang ada pada ayah dan ibu Bagus itu pun mengalir dalam dirinya. Di sekolah Bagus dikenal sebagai murid yang rajin. Meskipun ia tak begitu pintar, namun semangat yang ia punya agar ia tetap bisa bersekolah pun tak pernah padam dalam dirinya.
Pagi pun telah tiba. Hingga suara merdu ayam jantan pun membangunkan keluarga sederhana ini. Tak lupa kewajiban sholat shubuh 2 rakaat mereka lakukan sebelum melakukan semua aktivitas di hari ini. Setiap paginya ayah dan ibu Bagus membuat cilok yang akan dijual berkeliling disekitar kampung mereka. Sementara dengan Bagus, ia bersiap untuk kembali berjuang disekolah ditempat ia menuntut ilmu. Tak lupa sebelum berangkat ke sekolah, bagus selalu berpamitan dan mencium tangan kedua orang tuanya,
“ayah, ibu, Bagus berangkat ke sekolah dulu ya.” Kata Bagus kepada kedua orang tuanya sambil bersalaman dan mencium tangan Ayah dan Ibunya,
“iya nak. Hati – hati ya.” Jawab Pak sulaiman kepada anak pertamanya itu, “jangan lupa tetap semangat meski dalam keadaan apapun dan jangan pernah takut, karena Ayah dan Ibu akan selalu mendukungmu.” Ujar Pak Sulaiman yang tak biasanya sambil memeluk Bagus dengan eratnya,
“iya yah. Yasudah Bagus berangkat dulu ya. Assalamulaikum.” Kata Bagus sambil keluar dan menaiki sepeda tuanya,
“Iya nak. Waalaikumsalam.” Jawab ayah dan ibu Bagus,
Jam dinding disekolah tempat Bagus menuntut ilmu pun telah berbunyi. Yang artinya jam pelajaran disekolah itu akan dimulai. Dengan penuh semangat Bagus pun berjalan menuju kelas yang ia tempati. Saat sedang berjalan menuju kelasnya, tiba – tiba ia terjatuh karena tersandung oleh sesuatu yang tak terlihat olehnya. Ternyata itu adalah kaki Doni, teman satu kelas Bagus yang terkenal sangat suka jail dan syirik kepadanya.  Doni merupakan anak orang kaya yang satu sekolah dengan Bagus. Melihat Bagus terjatuh karena terhalang oleh kaki, Doni malah tertawa melihantnya. Namun Bagus dengan penuh kesabaran, hanya tersenyum dan kembali berdiri. Saat Bagus hendak bangun dari jatuhnya, tiba – tiba terasa tangan yang menggandeng lengan Bagus, dan membantunya untuk berdiri. Ternyata itu adalah tangan Rio. Rio adalah teman dekat Bagus dari kelas X. Berbeda dengan Doni, meskipun Rio tergolong anak dari keluarga kaya, ia tidak memiliki sifat yang sombong seperti Doni. Malahan Rio bersifat sangat sopan dengan semua temannya, terutama dengan Bagus teman dekatnya. Dan akhirnya pada waktu itu, Bagus kembali berdiri dan berjalan menuju kelasnya bersama Rio.
“Teett ... tettt ....”
Bel istirahat hari itu telah berbunyi. Yang artinya semua siswa disekolah itu dapat mengistirahatkan otaknya sejenak. Begitu juga dengan Bagus. Namun berbeda dengan teman lain yang pada saat jam istirahat mereka habiskan untuk membeli jajanan dikantin, pada jam istirahat Bagus hanya diam dikelas dan memakan sedikit bekal berupa singkong rebus yang ia bawa dari rumah. Namun, Saat sedang memakan singkong tiba – tiba terdengar suara keras dari Doni yang terdengar dekat dari telinga Bagus,
“woyyyy, sekarang udah zaman modern. Tapi dia masih saja makan singkong. Dasar orang miskin.” Kata Doni mengejek Bagus,
Melihat perlakuan Doni yang tidak sopan kepada Bagus, Rio tiba – tiba berdiri dan berkata kepada Doni,
“heh Don, jaga mulut kamu. Mentang – mentang kamu anak orang kaya, jangan bicara seenaknya sama orang lain.” Kata Rio kepada Doni “Ayoo Gus kita keluar.” Ajak Rio kepada Bagus,
Rio pun berjalan keluar ke depan kelasnya, sambil merangkul Bagus. Namun saat sedang berjalan menuju keluar kelas terdengar suara speaker sekolah yang berbunyi,
“panggilan kepada Bagus XII IPA 2 supaya menuju keruang Guru sekarang juga.” Bunyi spekaer sekolah itu,
“eh Rio, aku dipanggil itu sama guru. Aku keruang guru dulu ya.” Kata Bagus pada Rio,
“Iya Gus, aku tunggu didepan kelas ya.” Jawab Rio kepada Bagus,
Dan kemudian Bagus pun berjalan menuju keruang guru memenuhi panggilan yang terdengar di speaker sekolah tadi.  Namun saat mendekati ruang guru, banyak siswa - siswa yang memperhatikannya. sampai pada akhirnya ada seorang siswi teman Bagus yang berkata kepadanya,
“yang sabar ya Gus.” Sambil berjalan anak itu berbicara pada bagus dan menepuk pundaknya,
Bagus pun semakin tak mengerti apa yang sedang terjadi dihari itu. Otaknya pun terus berfikir mengenai apa yang sedang terjadi sebenarnya. Wajah yang tadinya ceria dan penuh semangat itu pun sekarang iba – tiba berubah menjadi sebuah kebingungan akibat tak tau kejadian apa yang akan dihadapinya. Dan akhirnya langkah pelan ia jalankan karena telah sampai ditempat yang ia tuju yaitu ruang Guru disekolahnya.
Saat sedang berada ditempat itu, semua Guru terdiam dan menatap dengan tatapan yang aneh kepada Bagus. Bagus pun semakin tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Ia hanya terdiam didalam kebingungan yang menerpa dirinya. Fikirannya pun semakin gelap gelap dan gelap. Hingga ada salah satu Guru yang merupakan wali kelas Bagus memanggil namanya,
“Bagus, kesinilah nak.” Kata wali kelas Bagus tersebut,
“Iya Pak.” Jawab Bagus sambil berjalan menuju Bapak guru yang memanggilnya itu,
“ayo kamu ikut Bapak. Sekarang kamu ambil tas kamu, Bapak tunggu didepan sekolah.” Kata Pak Guru,
“lho mau kemana Pak?” Tanya Bagus dengan wajah yang kaget dan sangat bingung,
“sudah ikut saja. Sekarang kamu cepat ke kelas dan ambil tas kamu.” Jawab Bapak guru itu,
“baik Pak. Yasudah saya ke kelas dulu ya. Permisi.” Jawab Bagus dan berjalan menuju ke kelasnya,
Bagus pun bergegas menuju kelas untuk mengambil tasnya. Setelah sampai didalam kelas. Semua teman sekelas Bagus terdiam. Tak ada satu pun suara yang keluar dari mulut teman satu perjuangannya itu. Termasuk Rio yang terdiam dan hanya melihat Bagus berlari menuju kedepan sekolah setelah ia mengambil tasnya. Sesampainya didepan sekolah, bagus segera menemui Pak guru yang memangilnya tadi.
“sudah Gus?” tanya Bapak Guru kepada Bagus,
“Iya sudah Pak, saya sudah siap.” Jawab Bagus dengan wajah yang masih terlihat bingung,
Dan akhirnya Bagus masuk kedalam mobil bersama seorang wali kelasnya dan beberapa Guru. Diapun bertambah gundah dengan apa yang sebenarnya terjadi. Didalam hati ia bertanya - tanya tentang kebingungan yang dia alami saat itu. saat perjalanan pun ia hanya terdiam, tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Begitu juga dengan semua guru yang ada didalam mobil, semua hanya terdiam hanya suara halus angin dan mesin mobil yang dapat membuat gendang telinga bergetar. Sampai pada akhirnya keluarlah sebuah kata dari mulut bagus. Ia bertanya pada salah satu guru yang sedang menyetir mobil.
“lho Pak, ini kan jalan kerumah saya?” Tanya Bagus,
“iya gus ini memang jalan kerumah kamu.” Jawab Bapak guru itu,
“terus kita mau kemana kok lewat sini?” Tanya Bagus yang tak terjawab oleh siapapun,
Mengetahui bahwa seisi mobil tidak ada yang menjawab pertanyaan Bagus, ia semakin benar – benar tak mengerti tentang apa yang disembunyikan oleh para Bapak Ibu pembimbingnya ini. Hingga pada akhirnya mobil yang ditumpangi oleh Bagus dan beberapa dewan Guru ini sampai diperempatan jalan rumahnya dan terihat rerumunan orang yang memakai songkok dan berpakaian hitam. Seketika Bagus shock melihat sebuah keadaan didepan matanya. Tiba – tiba semua guru yang ada didalam mobil berteriak memanggil Bagus, karena ia membuka pintu mobil yang masih dalam keadaan mobil berjalan menuju rumahnya.
Bagus pun keluar dari mobil dan langsung berlari dengan perasaan yang sulit untuk ia rasakan. Sesampainya didepan rumah, ia tiba – tiba berhenti dan mata yang tadinya indah karena keceriaan yang ada diwajahnya, seketika berubah seperti cermin yang menahan banyak air dibaliknya. Namun ia masih tak tau apa yang ia lihat didepan matanya itu. Perlahan ia berjalan menuju rumahnya dan melihat seseorang yang terbaring diatas meja dengan ditutupi selimut diseluruh tubuhnya. Sesampainya didepan hal yang membuat ia semakin tak kuat menahan air matanya, ia perlahan membuka selimut yang ada dibagian atas. Seketika ia pun lemas melihat seseorang yang baru tadi pagi ia lihat dengan keadaan yang sangat ceria dan penuh semangat untuk bekerja demi keluarga sekarang terbujur kaku didepan matanya. Air mata yang tadi ia tahan agar tak keluar mengalir dimatanya, seketika keluar dan jatuh. Bagus pun memeluk dan mencium ayahnya yang dikala itu telah tak bernyawa didepannya. Melhat akan hal itu ibu Bagus menghampiri dan memeluknya serta sedikit berbicara kepada Bagus dengan nada sendu karena kesedihan disiang itu,
“sudah nak, ikhlaskan Ayahmu ya. Doakan saja agar dia tenang disisi-Nya.” Kata ibu kepada Bagus,
Melihat perkataan itu Bagus hanya terdiam, tak kuat mengeluarkan kata karena rasa sedih yang menusuk berat didalam dadanya. Ia pun terus memeluk jasad ayahnya itu. Dan kemudian ibunya menarik tubuh Bagus dan menyuruhnya mengambil air wudlu dan melakukan sholat mayat berjamaah dengan  beberapa keluarga serta handai taulan yang ada disekitar rumahnya.
Siang cerah itu sangat gelap bagi Bagus. Matahari yang bersinar dengan teriknya pun seperti tidak mampu memberikan cahaya pada dirinya. Hanya kegelapan yang ia rasakan ketika semua orang dan ia mengantarkan ayahnya ke rumah abadinya. Prosesi pemakaman pun telah dilaksankan, berkali kai ibu Bagus terjatuh pingsan tak kuat melihat apa yang sedang terjadi. Begitu juga dengan adik kecil Bagus yang terus memanggil Ayaaahh...Ayaaah. Sementara Bagus berusaha menahan air yang hendak keluar dari matanya dan berusaha tegar serta tabah menghadapi Qadha dan Qadar yang telah diberikan sang Maha Pencipta. Sampai akhirnya proses pemakaman siang itu telah selesai dan Bagus serta keluarga pulang kembali kerumahnya.
Malam pun telah datang. Tak lupa setelah selesai menunaikan sholat maghrib Bagus mengaji untuk mendoakan almarhum ayahnya. Terkadang saat ia membaca surat Yasin yang dipegang oleh tangannya, tiba – tiba air matanya terjatuh menetes di tangannya. Hanya tangisan dan seruan doa yang ia lakukan malam itu, sampai rasa lapar pun tak terasa olehnya.
Hingga malam itu Bagus sulit untuk terlelap dalam tidurnya, dan ia memutuskan untuk keluar rumah. Didepan rumahnya, ia hanya berdiam diri tanpa ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Yang ia lakukan hanya memandang langit yang sangat cerah malam itu namun sangat gelap bagi dirinya.  Namun kegelapan yang ia rasakan tiba – tiba sedikit bersinar karena melihat salah satu bintang yang paling terang dilangit itu. Ia pun berkata sambil melihat bintang yang terang itu.
“Ayah, kenapa kau begitu cepat meninggalkanku?”
“Aku masih belum sanggup hidup tanpamu. Aku masih perlu dan butuh bimbingan dan motivasimu.”
“namun jika memang ini takdir yang diberi oleh sang Maha Pencipta, aku dapat menerimanya dengan lapang dada.”
“aku berjanji ayah, akan selalu semangat dan tak pernah takut seperti kata terahir yang kau ucap kepadaku.”
“lihat aku sukses ya ayahh.” Kata Bagus malam itu,
Tiba – tiba terdengar suara langkah kaki pelan menghampiri Bagus. Langkah itu adalah suara ibu Bagus yang menghampirinya serta mengajaknya untuk masuk kedalam rumah.
“ayo nak masuk, waktunya tidur sudah malam. Besok kamu harus sekolah.” Kata Ibu Bagus,
“iya Bu.” Jawab singkat Bagus kepada ibunya, sambil berjalan masuk dan bersiap untuk mengistirahtkan fikirannya.
Pagi pun telah tiba. Kedaan yang tak biasa terjadi dirumah mungil yang ditempati oleh keluarga nan sederhana ini. Tak biasanya Bagus bangun sangat pagi mendahului ibunya. Terdegar suara kreek... suara penutup kamar yang dibuka oleh ibu Bagus pagi itu. Langkah kecilnya membawanya berjalan menuju kamar Bagus dan berniat membangunkannya. Namun setelah sampai kamar bagus, ia kaget karena tak melihat Bagus dalam Kamarnya. Kemudian ia mencari – cari bagus diberbagai sudut rumahnya. Saat berjalan didapur, terdengar suara klotekan benturan peralatan masak seperti sedang digunakan oleh seseorang untuk memasak. Ternyata itu adalah Bagus yang sedang memasak Cilok. seketika Ibu Bagus pun menghampiri dan bertanya kepadanya,
“kamu ngapain nak?” Tanya Ibu pada Bagus,
“memasak Cilok buk, agar bisa dijual nanti.” Jawab Bagus,
“lho bukannya kamu sekolah? Kok malah jualan cilok?” tanya Ibu Bagus,
“saya berhenti sekolah buk. Saya akan berjualan Cilok saja agar kita tetap bisa makan.” Jawab Bagus,
“ingat pesan ayahmu nak, kamu harus tetap sekolah meski dalam kedaan apapun. Ibu masih bisa bekerja agar kamu tetap bersekolah” Kata Ibu kepada Bagus,
Saat Bagus dan Ibunya sedang berbincang – bincang, terdengar suara mobil didepan rumahnya. Seketika Bagus dan ibunya pun melihat keluar rumah. Terlihat Rio yang sedang memakai seragam sekolah serta ayahnya keluar dari mobil dan kemudian menghampiri Bagus.
“Gus, lho kamu kok gak sekolah?” tanya Rio pada Bagus,
“enggak Rio, aku mau jualan cilok saja.” Jawab Bagus,
“jangan gitu Gus. Ayo cepetan mandi terus kita berangkat ke sekolah.”
Saat Bagus dan  Rio sedang berbincang – bincang ayah Rio mengahampiri ibu Bagus dan berkata kepada ibu Bagus. Ayah Rio menawarkan kepada Ibu Bagus untuk bekerja dirumahnya sebagai pembantu rumah tangga dan ia beserta keuarganya dapat tingggal disana. Mendengar tawaran itu, Ibu Bagus seperti tidak percaya akan hal yang ia dengar. Sampai akhirnya Ayah Rio kembali bertanya kepada Ibu Bagus dan dengan sangat senang hati Ibu Bagus mau untuk bekerja dan tinggal dirumah Rio.
5 bulan telah berlalu, masa kelam Bagus pun perlahan mulai pudar berganti dengan titik – titik sinar cahaya yang menerangi kehidupannya. Pada waktu itu Bagus telah lulus SMA dan berhasrat ingin menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Namun karena masalah biaya akhirnya Bagus mengurungkan niadnya untuk kuliah. Tapi takdir berkata lain, sosok kedermawanan yang ada dalam keluarga Rio pun kembali hadir dan membantu masa depan Bagus semakin cerah. Bagus diberikan biaya oleh keluarga rio untuk melanjutkan studynya dan meraih gelar sarjana. Akhirnya Bagus, remaja yang pernah tenggelam dalam kegelapan kini dapat terbang meraih mimpi dan kesuksesan demi keluarga dan Alm. Ayah tercintanya.